Di antara doa yang mustajab (mudah diijabahi atau dikabulkan) adalah doa di sepertiga malam terakhir. Namun kita sering melalaikan hal ini karena waktu malam kita biasa diisi dengan tidur lelap. Cobalah kita bertekad kuat untuk mendapatkan waktu tersebut. Malamnya kita isi dengan shalat tahajjud dan memperbanyak do’a pada Allah atas setiap hajat kita.Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
فِى اللَّيْلِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ
خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ
كُلَّ لَيْلَةٍ
“Di malam hari terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim
memanjatkan do’a pada Allah berkaitan dengan dunia dan akhiratnya bertepatan
dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberikan apa yang ia minta. Hal
ini berlaku setiap malamnya.” (HR. Muslim no. 757)
Dari
Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَتَنَزَّلُ
رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ
يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ،
مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb
kita tabaroka wa ta’ala turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa
sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa pada-Ku, aku
akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan
siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Kuampuni’.” (HR. Bukhari no. 6321
dan Muslim no. 758). Muhammad bin Isma’il Al Bukhari membawakan hadits ini
dalam Bab ‘Doa pada separuh malam’. Imam Nawawi menyebutkan judul dalam Shahih
Muslim Bab ‘Dorongan untuk berdoa dan berdzikir di akhir malam dan terijabahnya
doa saat itu’.
Ibnu
Hajar menjelaskan, “Bab yang dibawakan oleh Al Bukhari menerangkan mengenai
keutamaan berdoa pada waktu tersebut hingga terbit fajar Shubuh dibanding waktu
lainnya.” (Fathul Bari, 11/129)
Ibnu
Baththol berkata, “Waktu tersebut adalah waktu yang mulia dan terdapat dorongan
beramal di waktu tersebut. Allah Ta’ala mengkhususkan waktu itu dengan
nuzul-Nya (turunnya Allah). Allah pun memberikan keistimewaan pada waktu
tersebut dengan diijabahinya doa dan diberi setiap yang diminta.” (Syarh
Al Bukhari, 19/118)
Ada
suatu pelajaran menarik dari Imam Al Bukhari. Beliau membawakan Bab dengan
judul “Doa pada separuh malam”. Padahal hadits yang beliau bawakan setelah itu
berkenaan dengan doa ketika sepertiga malam terakhir. Mengapa bisa demikian?
Ibnu
Baththol rahimahullah mengatakan bahwa Al Bukhari mengambil judul Bab tersebut
dari firman Allah,
“Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit
(daripadanya), seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.” (QS. Al
Muzzamil: 2-3). Judul bab tersebut diambil oleh Al Bukhari dari ayat Al Qur’an
di atas. Dalam hadits sendiri menunjukkan bahwa waktu terijabahnya doa adalah
pada sepertiga malam terakhir. Ini menunjukkan bahwa hendaknya seorang muslim
benar-benar memperhatikan waktu tersebut dengan ia bersiap-siap sebelum masuk
sepertiga malam terakhir yang awal. Hendaklah setiap hamba bersiap diri dengan
kembali pada Allah kala itu agar mendapatkan sebab ijabahnya doa. Setiap muslim
hendaklah memperhatikan waktunya di malam dan siang hari dengan doa dan ibadah
kepada Allah Ta’ala. (Syarh Al Bukhari, 19/119)
Catatan:
Waktu malam dihitung dari tenggelamnya matahari (waktu Maghrib)
hingga terbit fajar Shubuh. Jika waktu Maghrib kira-kira pukul 18.00 dan waktu
Shubuh pukul 04.00, berarti waktu malam ada sekitar 10 jam. Pertengahan malam
berarti jam 11 malam. Sedangkan sepertiga malam terakhir dimulai kira-kira jam
1 dinihari.
Moga
Allah mudahkan waktu kita di malam hari diisi dengan shalat tahajjud ikhlas
karena-Nya dan semoga Allah memperkenankan setiap doa-doa kita.
Wallahu
waliyyut taufiq.
Referensi:
Fathul
Bari Syarh Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al ‘Asqolani, terbitan Darul Ma’rifah,
Beirut, 1379.
Shahih
Al Bukhari, Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah Al Bukhari, Mawqi’
Wizaroh Al Awqof Al Mishriyyah.
Shahih
Muslim, Muslim bin Al Hajjaj Abul Husain Al Qusyairi An Naisaburi, Tahqiq:
Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi, terbitan Dar Ihya’ At Turots Al ‘Arobi.
Syarh
Al Bukhari, Ibnu Baththol, Asy Syamilah.
Sumber:
www.rumaysho.com
0 comments:
Posting Komentar