(voa-islam.com) – Pemerintah Amerika dan Inggris mendesak Facebook untuk tidak menerapkan enkripsi end-to-end di Faceboo, Messenger dan Instagram. Kebijakan enkripsi tersebut dianggap akan membahayakan perlindungan terhadap anak dari ancaman pedofil.
Temuan perusahaan teknologi asal AS mengenai 94 persen dari 69
juta foto pelecehan seksual terhadap anak yang dilaporkan ke Pusat Nasional AS
untuk Anak Hilang dan Tereksploitasi (NCMEC) ditemukan di Facebook pun kembali diangkat. Data tersebut berasal dari
temuan pada 2019.
Enkripsi end-to-end adalah
pengaturan yang membuat pesan atau data yang dikirim hanya akan terlihat oleh
orang yang saling berkirim pesan saja. Sistem ini sudah lama diterapkan di
Whatsapp dan kini Facebook berencana akan menerapkan hal serupa di Direct
Message Instagram dan aplikasi FB
Messenger.
Facebook sebagai induk perusahaan berdalih ingin melindungi privasi pengguna,
tetapi penegak hukum khawatir hal itu dapat menghambat upaya perlindungan
anak-anak dari ancaman para pedofil. Para pejabat mengatakan, foto terbanyak
dan terburuk dari pelecehan seksual terhadap anak berasal dari Facebook.
"Ada kekhawatiran bahwa jumlah gambar ilegal yang dilaporkan bisa turun
drastis jika enkripsi end-to-end diterapkan,”
kata Robert Jones, direktur National Crime Agency (NCA) yang bertanggung jawab
menangani pelecehan seksual terhadap anak di Inggris.
NCA mengatakan, setidaknya ada 300 ribu anak berisiko mengalami ancaman
pelecehan seksual di Inggris. Laporan tentang foto online yang dikumpulkan tahun lalu berhasil
menciduk ribuan pedofil dan diperkirakan telah melindungi 6.000 anak.
"Model enkripsi end-to-end akan
memperumit penyelidikan, forensik digital, melacak petunjuk intelijen yang
memungkinkan kami mengidentifikasi korban dan melindungi mereka,” kata Jones
seperti dikutip dari The Sun, Selasa (13/10) seperti
dilansir inilah.com.
Pemerintah Inggris bersama pejabat dari AS, Australia, Kanada, Selandia Baru,
India, dan Jepang telah mendesak Facebook untuk mempertimbangkan kembali rencana enkripsi end-to-end nya. Mereka menyerukan lebih banyak
tindakan keamanan publik dan penegakan hukum dalam mengakses konten.
Seorang juru bicara perusahaan Facebook mengatakan bahwa enkripsi end-to-enddiperlukan untuk melindungi informasi pribadi
pengguna.
"Di berbagai negara, pengguna lebih suka perpesanan terenkripsi end-to-end. Karena pesan mereka tetap aman dari peretas,
penjahat, dan campur tangan asing,” kata juru bicara Facebook. [cp][syahid/voa-islam.com]
0 comments:
Posting Komentar